Aku adalah seorang siswi SMK di sebuah kota kecil. Aku bernama Belvana Aprilya, nama panggilanku April. Pengakuan dari guru-guru ku, Aku adalah murid yang cukup pintar di kelasku, namun sayangnya aku tidak memiliki banyak teman, bahkan hampir tidak ada yang mau berteman dengan ku. Aku sangat pendiam dan tidak mudah bergaul.
Walaupun aku ini murid yang pintar namun tidak banyak yang mau berteman dengan ku, karena aku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Aku semakin menutup diri ku ketika kedua orang tua ku bercerai.
Tak jarang pula aku diejek teman-teman ku karena penampilanku yang cupu, miskin, dan terlahir dari keluarga yang broken home. Aku ingin sekali menjadi anak yang pintar, agar aku di senangi oleh teman-teman ku, tapi ternyata teman-teman ku, justru berfikir kalau aku selalu curang saat ujian, karena nilai ku selalu bagus. Sempat aku mengalami gangguan mental, hingga aku berfikir "Apa aku suicide aja ya?"
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•
Pagi hari! Ayam membangunkan semua anggota keluarga ku, termasuk aku. Pukul 03.00 aku sudah terbangun untuk sholat tahajud, membaca Al-Qur'an dan di lanjut sholat subuh. Tapi tidur lagi, sampai jam 06.00 aku terbangun karena suara yang sangat menggelegar, ya benar dia adalah Alarm Hidup, Mama ku. Tapi entah, rasanya kasur dan kawan kawannya memberi magnet pada tubuhku.
Bukan April namanya, kalau bangun kesiangan, walaupun hari libur, Tolong garis bawahi, HARI LIBUR. Telat bangun 5 menit aja nih, Mama ku udah gedor gedor pintu kamar ku, huhuuu, sangat tidak jago bermalas-malasan bukan!?.
"Nduk, ayo tangi, wes awan iki!" (Nduk, ayo bangun, sudah siang ini!). Ujar mama sambil menuju kamar ku.
"Enggeh ma" (Iyah ma). Aku bangun dan duduk sebentar.
"Ayo, terno mama nang pasar, kate tumbas iwak digawe masak engkok sore" (Ayo, antar kan mama ke pasar, mau beli ikan buat masak nanti sore) mama udah siap siap mau berangkat, sedangkan aku? masih duduk diatas kasur ngumpulin nyawa, huft.
"Kulo iyam sek nggeh ma" (Aku mandi dulu ya ma) jalan pergi ke kamar mandi.
Pasar Tradisional
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Aku markirin sepeda motor dulu, disusul mama yang udah siap shopping. Jalanan pasar waktu itu becek banget, karena habis ujan kemaren malem dan mama repot sendiri sama kaos kaki dan gamisnya, takut kena air hujan, Katanya.
Berhenti disalah satu penjual langganan mama, ngobrol-ngobrol asik gitu, aku gak paham si apa yang diobrolin, hahaha.
"Nduk, tumbas iki ta mboten?" (Nduk, beli ini apa ndak?) Mama sambil nunjuk capjay.
"Eh enggeh ma, enak niki" (Eh, iyah ma, enak ini) Aku menjawab sumringah, karena aku emang suka banget sama capjay buatan mama ku tercinta, muaaa.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 hampir sejam di pasar, dan kantong belanjaan udah penuh.
"Ma, sampun nopo?" (Ma, sudah apa?) Sambil memelas, agar cepet cepet pulang, tanganku udah pegel banget bawa kantong belanjaan.
"Mpon, nggeh mariki mantok" (Sudah, habis ini pulang). Oke, kali ini sudah selesai beneran, dan berjalan ke arah tempat parkiran.
Rumah
Sampai di rumah, ada adik-adik ku, Cici dan Faiz yang sedang asik bermain. Tanpa sengaja aku ngeliat ayah ketika nampar pipi Cici dengan tangan nya, mama langsung turun dari sepeda motor yang belum sempat aku matikan, dan berlari ngelindungin Cici dan Faiz.
"Mas, iki onok opo to, Cici salah opo sampek sampean napok koyok ngunuh kuwi?" (Mas, ini ada apa sih, Cici salah apa sampai kamu nampar kayak gitu?) Mama meluk Cici dan Faiz secara bersamaan, karena Cici dan Faiz masih belum ngerti apa-apa, jadi Mama nyuruh aku bawa dia masuk kamar.
"Ma, tak beto melbet nggeh Cici kale Faiz niki" (Ma, tak bawa masuk dulu ya Cici sama Faiz ini) sambil menggandeng tangan Cici dan menggendong Faiz, untuk masuk kedalam kamar.
Kamar
"Cici, Cici mboten purun cerita kale mbak?" (Cici, Cici nggak mau cerita sama mbak?) Sambil merhatiin wajah Cici, berusaha membujuk Cici agar dia mau cerita apa yang sebenernya terjadi.
"Cici, emm-Ci-Cici wedi mbak"(Cici, emm-Cici takut mbak) disitu aku berusaha nahan air mata ku biar gak jatuh, aku harus tetep tersenyum di depan adik-adik ku.
"Faiz, tilem nggeh, meriki kale mbak" (Faiz, tidur ya, sini sama mbak) aku memposisikan diri disamping Faiz yang nangis sesenggukan.
Memeluk mereka, aku tahu ini terlalu rumit untuk dijelaskan, bahkan masalah kecil saja bisa menjadi besar. Entah, aku harus berpihak pada siapa, aku terlalu kasihan melihat adik-adik ku, takut mental mereka terganggu dengan masalah ini.
Tanpa sengaja aku mendengar obrolan Ayah dan Mama di ruang tamu, karena kamar ku dan ruang tamu itu bersebelahan.
"Mas, sampean lapo kok napok Cici? Onok opo? Ngomong o mas! Sampean ki gak sakno opo, Cici ki sek bocah mas, ra ngerti opo-opo!" (Mas, kamu ini kenapa nampar Cici? Ada apa? Ngomong mas! Kamu gak kasihan apa, Cici ini masih kecil mas, nggak tau apa-apa!). Mama marah ke Ayah, mungkin memang naluri ibu itu selalu ingin melindungi dan memberikan kasih sayang pada anak-anak nya.
"Sampean gak ero kan, Cici ki mari nyolong duwek ku! Sopo seng muruk i nyolong koyok ngunuh kuwi? Ra apik iku nek di njarno!" (Kamu nggak tau kan, Cici ini habis nyuri uang ku! Siapa yang ngajarin nyuri kayak gitu? Gak bagus itu kalo dibiarkan!) Ayah memang berniat mengingatkan dan menunjukkan bahwa Mencuri itu tidak baik.
"Mas, nggeh nek ancen Cici nyolong, ki yo ojok di tapok mas! Dikandani alon-alon kan yo isok to, cara sampean ngilingno ki salah mas!". (Mas, iyah memang kalau Cici mencuri, itu jangan di tampar mas! Di kasih tahu pelan-pelan juga bisa kan, cara mu ngingatkan itu salah mas!) Mama berlenggang pergi ke dapur, untuk memasak makan pagi ini.
Dapur
"Cici, ndek kene wae yo, mbak arep ngewangi Mama masak, di jogo adik e!" (Cici, disini aja ya, mbak mau bantu Mama masak, dijaga ya adik nya!) Aku berdiri dan pergi menuju dapur.
"Ma, meriki kulo rewangi" (Ma, sini aku bantu).
"Kajeng e masak nopo ma?" (Mau masak apa ma?).
"Oh iki, nggawe capjay ae wes, gampang, ndang mari, mama wes luweh iki, hahaha" (Oh ini, buat capjay aja, mudah, cepet selesai, mama udah laper ini, hahaha).
"Emmm, ma, enten nopo Cici kok sampek di tapok ki kale Ayah?" (Emmm, ma, ada apa Cici kok sampai di tampar sama Ayah?) Aku bertanya sambil memotong sayur-sayuran untuk capjay.
Setelah semua makanan siap di sajikan, Aku manggil adik-adik ku untuk makan bareng di dapur.
"Cici, Faiz, ayo maem sek" (Cici, Faiz, ayo makan dulu) tak lama mereka keluar kamar, duduk, dan siap menyantap makanan.
Acara makan bersama pun akhirnya selesai, dan kembali pada aktivitas nya masing-masing, lagi lagi Cici kena semprot Ayah, entah karena apa, yang ku dengar hanya teriakan dan tangisan Cici.
Tak lama Cici berhenti menangis, rupanya Mama yang menangkan Cici. Sengaja aku nggak keluar kamar, karena aku sedang belajar, dan akhir-akhir ini pola belajarku menurun drastis, hingga menyebabkan nilai ku turun semua.
Parahnya lagi, hobi yang sering ku jalani seperti Bela diri, Bersepeda dan Membaca buku. Hilang semua, nggak ada minat sedikitpun untuk melakukan itu lagi. Tak ambil pusing, tapi aku sering merasa cemas tiba-tiba.
Pagi hari
Matahari datang, menerobos rongga rongga kehidupan, jendela dibuka lebar sama Mama dan adik-adik ku teriak sekeras mungkin di dalam kamar ku, berniat membangunkan ku.
Entah kenapa, sekarang aku jadi sering susah tidur dan akhirnya telat bangun pagi. Jam sudah menunjukkan pukul 05.00, segera aku menuju kamar mandi untuk mandi dan ambil air wudhu.
Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, aku segera berangkat ke sekolah, syukurlah aku tidak terlambat. Asal kalian tahu ya, aku dari TK sampai sekarang kelas 12, nggak pernah sekalipun terlambat sekolah. Keren kan aku! Hahaha.
Sekolah
Hari ini, pagi ini, keraguan ku terjadi, sempat aku berpikir bahwa aku terkena "Gangguan Mental"
Tak kusangka, aku memilik penyakit Gangguan Mental yang cukup berbahaya jika di diam kan saja. Tidak! Pemikiran mu salah, jika orang yang mengidap penyakit Gangguan Mental itu Gila, tapi orang gila pasti jiwa nya sudah terganggu. Gangguan Mental ini bukan hanya Gila, banyak sekali macam Gangguan Mental, dan ketauhilah aku masih dalam keadaan sadar.
Gangguan Mental yang aku alami ini adalah Gangguan Mental Illness. Ciri-ciri nya adalah penurunan akademik, gangguan tidur (yang tadinya gampang tidur, berubah jadi susah tidur, begitu sebaliknya), mudah tersinggung, kehilangan minat/hobi, parahnya ketika pasien ini berpikir untuk suicide.
Kembali lagi ke sekolah, saat jam istirahat, ada Bu BK yang sengaja memanggil semua anak kelas 12, untuk diberikan tes kejiwaan, dan ternyata benar aku terkena gangguan mental.
Saat semua anak kelas 12 ini selesai di tes dengan mengisi lembar kertas yang dibagikan oleh guru Bu BK tadi, Bu BK meminta untuk mengumpulkan nya kedepan dan hasil akan di umumkan 2 hari setelah hari sabtu ini. Artinya pada hari Senin, hasil akan diumumkan.
Sekolah, Hari senin
Aku berangkat lebih semangat lagi, karena tidak sabar menunggu hasil dari tes psikolog kemarin. Tiba lah waktu yang di tunggu-tunggu, hari ini pengumuman hasil akan diumumkan.
"Silahkan kepada seluruh siswa kelas 12, berkumpul di aula atas, karena akan ada pengumuman penting", Bu BK.
Semua siswa bergegas menuju aula atas dan duduk rapi, tak lama Bu BK datang dan mulai mengumumkan.
"Anak-anak, kesehatan mental kalian semua sudah baik, jadi dijaga terus ya, ingat kata Bu Guru 'kesehatan mental itu lebih penting dibanding kesehatan fisik'". Bu BK mengumumkan dengan santai dan sangat diperhatikan oleh teman-temanku. Sungguh semua teman ku sangat merasa bahagia, Aku pun merasa sangat bahagia, karena tidak ada satupun yang terkena gangguan mental.
"Tapi, ada satu anak yang perlu penanganan khusus, artinya anak ini istimewa sekali". Lanjut Bu BK. Setelah Bu BK mengumumkan itu, teman - teman langsung saling bertanya "Siapa? Kamu tau gak siapa?".
"Sudah, sudah, diam semua!". Bu BK, sedikit dengan nada tinggi, karena teman-teman begitu sangat berisik, ya maklumlah anak SMK.
"Ibu tidak akan mengumumkan siapa anak yang terganggu mental nya". Ucap Bu BK. Namun, suasana aula ini masih tetap saja ramai.
Pukul 12.00 lewat 10 menit, teman-teman ku baru pulang semua. Ketika semua sudah pulang, tinggallah aku di ruang laboratorium komputer berniat menyelesaikan editing projek pembuatan film dokumenter.
"Assalamu'alaikum" ucap Bu BK, aku menoleh ke sumber suara dan menjawab "Wa'alaikumsalam warahmatullah, ibu" ucap ku sambil tersenyum segan.
"Kebetulan nih April belum pulang, lagi ngapain nduk?" Ucap Bu BK sambil berjalan menuju ke arahku dan bersiap duduk di sebelahku.
"Hehe iyah bu, saya ada projek film bu", tetap dengan posisi duduk dan menghadap ke Bu BK.
"Kamu tidak ingin tahu, siapa anak yang terganggu mental nya?". Ucap Bu BK menawarkan.
"Tidak bu, saya tidak sanggup membayangkan apa yang dialami anak itu, cukup ibu saja yang tahu". Ucap ku sambil senyum dan sedikit menunduk.
"Ibu akan memberi tahu, bahwa anak itu adalah..." Ucap Bu BK menggantung sekali bukan!?
"Iya?, Apakah anak itu saya bu?" Ucapku sambil berkaca-kaca.
"Ya, anak itu, anak itu ka-kamu April" ucap Bu BK sambil memeluk tubuh ki erat.
"Kamu, mengidap penyakit Mental Illness". Ucap Bu BK.
"Apa itu mental illness?" Dengan wajah yang sangat polos, aku menanyakan hal itu pada Bu BK.
"Apa kamu sering mengalami susah tidur, hobi yang kamu sukai hilang & saya lihat nilai mata pelajaran kamu akhir-akhir ini menurun drastis". Ucap Bu BK bertanya serius padaku.
"Iyah bu, saya mengalami itu semua, tapi saya merasa itu hanya sifat malas saya yang sedang memuncak, mangkanya ini saya berusaha mengembalikan itu, tapi semakin saya paksa, justru saya sempat berpikir 'apa saya suicide aja ya?' seperti itu bu, itu normal kan bu?". Ucap ku dengan menahan air mata yang hampir jatuh membasahi pipi.
"Tidak April, itu sudah tidak baik, kamu harus ke psikiater ya, biar ibu yang menanggung pengobatan mu". Ucap Bu BK, mengusap tangan ku dan memberikan keyakinan penuh untuk aku bisa melewati ini.
Komentar
Posting Komentar